Masalah susah tidur pada seseorang bisa terjadi karena berbegai faktor. Mulai dari kelainan pada pola tidur sampai masalah kesehatan.
Hal tersebut dapat berakibat buruk pada kualitas tidur dan pada kondisi kesehatan. Gejala yang muncul karena masalah susah tidur di antaranya mengantuk di siang hari, sulit tidur di malam hari, siklus tidur yang tidak teratur, dan sulit tidur dalam jangka waktu yang cepat.
Jika tidak segera ditangani, masalah sulit tidur dapat memicu risiko penyakit lain seperti hipertensi dan penyakit jantung.
Berdasarkan jenis dan penyebabnya, masalah gangguan tidur terbagi menjadi 5 jenis. Mulai dari insomnia, hypersomnia, tidur berjalan, mimpi buruk, sampai sleep terror.
Insomnia adalah kondisi yang menyebabkan seseorang sulit tidur atau butuh waktu yang cukup lama untuk bisa tidur. Kondisi ini bisa disebabkan oleh pola tidur yang tidak teratur atau aktivitas yang dilakukan sebelum tidur.
Sedangkan hipersomnia adalah kondisi yang menyebabkan seseorang tidur sangat panjang dan selalu mengantuk di siang hari. Faktor utama penyebab hypersomnia adalah depresi.
Sementara itu, tidur berjalan atau sleepwalking adalah istilah untuk menyebut seseorang dengan kondisi tidur sambil berjalan atau melakukan aktivitas lain dalam keadaan tidak sadar.
Adapun mimpi buruk atau nightmare adalah masalah susah tidur yang diakibatkan oleh mimpi buruk. Mimpi buruk terjadi saat otak memproses atau memikirkan hal-hal yang menyeramkan. Hal tersebut dapat dipicu oleh rasa takut dan cemas sebelum tidur.
Terakhir, sleep terror atau terror tidur. Masalah susah tidur yang umumnya terjadi pada anak-anak di usia 4-8 tahun. Pemicunya antara lain kelelahan dan demam.
Dewasa ini, masalah susah tidur yang paling umum adalah insomnia.
Insomnia membuat penderitanya tidak memiliki waktu tidur yang cukup dan berkualitas. Hal tersebut menyebabkan kondisi fisik penderitanya terganggu.
Insomnia bisa terjadi dalam jangka waktu pendek (akut) hingga jangka waktu panjang (kronis). Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengidap insomnia.
Tingginya tekanan hidup menjadi penyebab utama seseorang mengidap insomnia. Tekanan hidup yang tinggi dapat memicu stress dan overthingking sehingga seseorang akan mengalami kesulitan untuk tidur.
Beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami masalah tidur adalah kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, hingga stress pasca trauma (PTSD).
Selain itu, pengidap obesitas dan penyakit kardiovaskuler juga berisiko tinggi mengalami masalah susah tidur.
Gejala Insomnia
Seseorang yang mengalami masalah susah tidur karena insomnia akan sangat sulit merasakan kantuk. Pada kondisi yang paling parah, mereka merasa ngantuk tetapi tidak bisa tertidur.
Hal tersebut bisa terjadi karena faktor usia, gaya hidup, lingkungan, dan pola makan. Bermain gawai sebelum tidur juga menjadi alasan mengapa banyak orang di zaman ini yang mengidap insomnia.
Gejala-gejala insomnia yang paling umum terjadi di antaranya sulit untuk merasakan kantuk dan tidak bisa tertidur, terbangun pada malam hari atau dini hari kemudian tidak bisa tidur kembali, merasa lelah, emosional, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa melakukan aktivitas secara optimal di siang hari.
Meskipun tubuh merasa lelah, penderta insomnia akan tetap susah untuk tidur.
Selain itu, insomnia bisa menimbulkan dampak negatif pada penderitanya seperti meningkatkan risiko kesalahan dan kecelakaan saat kerja, menurunkan kinerja dan prestasi, menurunkan gairah seks, menurunkan daya ingat, dan membuat pengidapnya sulit mengontrol emosi.
Namun, insomnia bisa dicegah dengan melakukan beberapa cara seperti mempertahankan jadwal tidur dengan konsisten, membuat rutinitas sebelum tidur, membatasi asupan kafein di sore hari, mendapatkan sinar matahari yang cukup, menghindari tidur siang, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang memicu stress, depresi, dan frustasi.
Jika tidak segera dicegah dan diatasi sedini mungkin, masalah susah tidur ini akan menimbulkan sejumlah kondisi yang buruk untuk fisik dan mental.
Hanya tidur beberapa jam setiap malah atau bahkan tidak tidur sama sekali dapat menimbulkan perasaan cemas, depresi, meningkatkan risiko stroke, memicu terjadinya serangan asma, mengalami kejang, sistem kekebalan tubuh menurun, dan meningkatkan risiko obesitas.
Pengobatan untuk Masalah Susah Tidur
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah susah tidur. Mulai dari melakukan perubahan perilaku atau kebiasaan (behaviour therapy), Cognitive Behavioural Therapy, teknik relaksasi, stimulus control therapy dan pemberian obat-obatan.
Behaviour therapy merupakan terapi lini pertama yang berfungsi mengatasi insomnia. Terapi ini dimulai dengan membuat kebiasaan tidur baru yang baik dan teratur.
Cognitive Behavioural Therapy adalah terapi yang membantu mengontrol pikiran negatif dan rasa cemas pada penderita insomnia.
Teknik relaksasi merupakan pengobatan insomnia dengan cara relaksasi otot dan latihan pernapasan untuk mengurangi perasaan cemas.
Stimulus Control Therapy, terapi yang bertujuan membatasi aktivitas di tempat tidur yang mengganggu pola tidur pengidap insomnia.
Pemberian Obat-obatan, cara ini dilakukan ketika penderita tidak berhasil diobati melalui terapi atau teknik relaksasi. Obat-obatan yang mungkin akan diberikan oleh dokter untuk pengidap insomnia antara lain doxepin, estazolam, eszopiclone, ramelteon, temazepam, triazolam, zaleplon, zolpidem, zolpidem extended release, dan suvorexant.
Alternatif Pengobatan
Selain 5 cara di atas, ada cara alternatif untuk mengobati insomnia. Yaitu dengan mengonsumsi madu MST (Madu Susah Tidur).
Madu MST dapat mengatasi masalah susah tidur termasuk insomnia. Dua bahan utama madu MST yaitu madu dan teh hijau dapat berkolaborasi dengan baik untuk mengatasi insomnia. Karena mengandung tripofan, L-Theanine, dan asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh.
Mengonsumsi madu MST secara rutin dapat menonaktifkan hormone oreksin, yaitu hormone yang berfungsi membuat tubuh tetap sadar atau terjaga.
Madu MST juga mampu meningkatkan produksi hormone serotonin dan mengubahnya menjadi melatonin (hormone tidur). Sehingga madu MST bisa membuat tubuh terasa lebih rileks. Dengan begitu kualitas tidur akan meningkat.