Piramida komunikasi
Piramida komunikasi

Piramida komunikasi penting kita pahami dalam membahas pengantar ilmu komunikasi. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa eksis tanpa komunikasi. Komunikasi memungkinkan manusia saling mengenal, berinteraksi, bekerja sama, sehingga tercipta kehidupan yang beradab.

Pentingnya komunikasi itu menarik sebagian dari kita untuk mempelajarinya secara akademis sehingga muncul disiplin ilmu yang dinamai ilmu komunikasi.

Tiga Dimensi Komunikasi

Bagaimana dan mengapa komunikasi muncul sebagai ilmu telah banyak dibincangkan para ahli lintas generasi. Sebagai cabang ilmu, disiplin ini telah berkembang pesat hingga saat ini banyak kampus top di berbagai negara menempatkannya sebagai departemen bahkan beberapa diantaranya sebagai fakultas.

Dosen pada Departemen Ilmu Komunikasi University of Amsterdam Rutger de Graaf dalam kelas online di Coursera menjelaskan ilmu komunikasi ini dengan membagi tiga bagian.

  • Pertama, komunikasi sebagai upaya persuasi baik dari sudut politik maupun korporasi bisnis.
  • Kedua, komunikasi sebagai proses, yaitu bagaimana kita memaknai sebuah pesan.
  • Ketiga, aspek sosial dan budaya dalam komunikasi sebagaimana terjadi dalam dinamika kelompok dan jenis audiensnya.

Dasar Ilmu Komunikasi

Menurut de Graaf, pada mulanya komunikasi didefinisikan sebagai setiap upaya menyampaikan informasi. Informasi yang dimaksud adalah pikiran, ide, dan emosi.

Di lain kesempatan, kita menggunakan media untuk mengomunikasikan sebuah pesan. Media di sini berperan sebagai channel atau saluran yang mengantarkan pesan itu.

Channel atau saluran ini dinilai penting oleh para pakar. Sejumlah pakar melakukan studi khusus tentang channel. Hasilnya menjadi bentuk dasar ilmu tentang komunikasi (science of communication).

Sampai hari ini, kata de Graaf, para sarjana di luar ilmu komunikasi juga menemukan fenomena yang sama ihwal saluran komunikasi itu. Teori, model, dan metode analisisnya acapkali sama dalam menganalisis sebuah permasalahan.

“It is therefore useful to be aware of how these other disciplines are connected with ours.”

Rutger de Graaf

Piramida Komunikasi

Untuk memahami level komunikasi dan bagaimana bidang ini berhubungan dengan disiplin lain, de Graaf mengenalkan piramida komunikasi (pyramid of communication).

Piramida ini menggambarkan level komunikasi, yaitu societal, institusional, grup, interpersonal, dan interpersonal dan disiplin ilmu apa saja yang memberikan fokus perhatian. Ilmu sejarah, politik, dan sosiologi memberikan fokus pada masyarakat atau societal, dan psikologi fokus pada interpersonal dan interpersonal.

Tiga Perspektif

Dalam mendekati komunikasi sebagai ilmu dikenal tiga perspektif utama.

  • Pertama, memandang komunikasi sebagai transmisi pesan secara linear. Pendekatan ini fokus pada efek komunikasi.

Pandangan ini dipelopori Laswell yang pada 1948 mengenalkan modelnya untuk memahami proses komunikasi, yaitu “Who, says What, in which Channel, to Whom, and with what Effect.”

  • Kedua, memandang komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Kalangan ini konsern dengan konstruksi pesan menggunakan tanda (sign) dan proses penggalian makna itu melalui penanda (signification).

Para pakar mempelajari fenomena polysemic, yaitu setiap orang menginterpretasi sebuah pesan dengan cara yang berbeda. Studi sistematis untuk mempelajari itu disebut semiotika (semiotics) atau semiology. Model klasik yang populer diperkenalkan seorang linguist Roman Jacobson pada 1960.

  • Pendekatan ketiga melihat bagaimana komunikasi digunakan untuk mengonstruksi realitas sosial. Pelopornya antara lain Newcomb yang mengenalkan modelnya pada 1953.

Masih banyak pendekatan lain yang munkin dikembangkan pakar lain. Tiga pemilihan itu, kata de Graaf, berguna untuk memandu bagi kita yang sedang mulai belajar ilmu komunikasi.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *