KONTESTASI pemilihan umum 2014 dimulai. Sepuluh parpol peserta pemilu sudah mengantongi nomor urutnya. Pengundian nomor urut dilakukan di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jalan Imam Bonjol, Jakarta, Senin 14 Januari 2013.
Proses pengundian nomor ini dilakukan ketua umum dan sekretaris jenderal partai. Pengambilan nomor dilakukan dua kali. Pertama untuk uruta pengambilan, dan kedua pengambilan nomor urut resmi.
Hasil undian parpol peserta pemilu
1. Partai NasDem
2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
5. Partai Golongan Karya (Golkar)
6. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
7. Partai Demokrat
8. Partai Amanat Nasional (PAN)
9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
10. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
Penentuan partai peserta pemilu itu ditetapkan KPU pada 8 Januari lalu.
Mereka dinyatakan memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan UU Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu.
Partai SRI yang mengusung Sri Mulyani sebagai capres, Partai Nasrep yang menokohkan Tommy Suharto, serta PKBIB yang didirikan putrid Gus Dur, Yenny Wahid, kandas.
Mulai kampanye
Sepuluh partai itu sudah dibolehkan melakukan kampanye sejak 11 Januari hingga 5 April 2014. Namun saat ini belum diperbolehkan berkampanye di media. Kampanye di media baru bisa mulai 16 Maret.
Berikut sekilas profil Partai Peserta Pemilu 2014
Partai Nasdem
Wajah sumringah Patrice Rio Capella dan M Rofik merekah. Ketum dan sekjen partai baru itu membuka nomor urut. Mereka mendapatkan nomor urut 1.
Mengusung figur sentral Surya Paloh. Ada pula Hary Tanoe Sudibyo yang merapat beserta gerbong medianya. Partai ini langsung tancap gas melalui stasiun televisi milik dua pengusaha itu. Pencitraan gencar itu telah membuahkan hasil, menjadi satu-satunya partai baru yang lulus.
Dikutip dari situs resminya, visi partai ini adalah “Kelahiran Partai NasDem bukanlah semata-mata hadir dalam percaturan kekuasaan dan pergesekan kepentingan.
Partai NasDem terjun ke politik untuk suatu tujuan yang mulia. Memantapkan eksistensi negara, memperkuat persatuan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, mendorong keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sementara misinya sebagai berikut.
Partai NasDem adalah sebuah gerakan perubahan yang didasari oleh kenyataan bahwa kehidupan seperti yang dicita-citakan oleh Proklamasi 1945 belum terwujud hingga saat ini.
Partai NasDem bertujuan untuk menggalang kesadaran dan kekuatan masyarakat untuk melakukan Gerakan Perubahan untuk Restorasi Indonesia.
Restorasi Indonesia adalah gerakan mengembalikan Indonesia kepada tujuan dan cita-cita Proklamasi 1945, yaitu Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian secara kebudayaan.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Partai ini didirikan KH Abdurrahma Wahid atau Gus Dur pada era reformasi lalu. PKB sempat menjadi partai besar dan berhasil mengantarkan Gus Dur menjadi Presiden. Ketika itu mengalahkan Megawati Soekarnoputri dalam Sidang Paripurna MPR pada 1999.
Di tengah jalan, partai ini dirundung kemelut internal. Perolehan kursi dua pemilu lalu menunjukkan tren penurunan. Pemilu 2014 ini merupakan titik kritis apakah partai berbasis kaum Nahdliyin itu bisa bertahan ataukah terhempas ketentuan angka ambang batas parlemen.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Partai berbasis massa kelas menengah muslim perkotaan. Kantong suara partai itu dari komunitas pengajian di sekitar masjid kampus. Mengikuti pemilu 1999 dengan nama Partai Keadilan hanya mendapat 7 kursi. PKS digunakan dalam pemilu 2004 hingga saat ini.
Pada awal kemunculannya, partai ini sangat menjanjikan. Politisinya rata-rata memiliki pendidikan tinggi dan pemahaman keislaman yang mendalam. Namun, belakangan partai ini kerap diberitakan miring. Sejumlah politikusnya disebut-sebut terkait sejumlah kasus korupsi meski sampai saat ini belum ada yang terbukti.
PDI Perjuangan (PDIP)
Partai ini masih mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai tokoh sentral. Meskipun banyak tokoh potensial di tubuh partai, trah Soekarno masih mendapatkan posisi istimewa. Puan Maharani Kiemas mulai digadang-gadang bisa menggantikan peran sang ibu, Megawati Soekarnoputri.
Diferensiasi partai ini menawarkan sebagai rumah besar bangsa Indonesia dengan mengusung ide-ide kebinekaan. Namun demikian, ceruk suara umat Islam juga dirambah dengan mendirikan Baitul Muslimin Indonesia.
Partai Golkar
Partai berkuasa di era Orde Baru tetap eksis meski sempat menghadapi gelombang besar tuntutan pembubarannya pada era reformasi lalu. Akbar Tanjung, ketua umum diterpa isu itu berhasil membawa Golkar keluar dari krisis kepercayaan dengan memenangi pemilu 2004.
Meski terus berkurang kekuatannya karena ditinggalkan sejumlah tokoh sentral, partai ini tetap menjadi kekuatan yang layak diperhitungkan. Aburizal Bakrie, ketua umum, telah didaulat menjadi calon presiden 2014.
Sebuah kepercayaan tinggi yang mendahului realitas. Sebab, syarat mencalonkan capres harus meraih setidaknya 20 persen suara pemilu 2014 atau 25 persen kursi di DPR. Ini berlaku jika keinginan partai-partai besar agar UU Pilpres tak direvisi terwujud.
Partai Gerindra
Tokoh sentral partai ini merupakan kader Golkar yang menyempal. Pada 2004, Prabowo Subianto mengikuti konvensi capres Golkar dan kalah. Setelah itu dia mendirikan partai berlambang burung garuda ini.
Debutnya di 2009, Gerindra mampu melewati angka ambang batas parlemen 2,5% suara. Ditopang dana besar dan sejumlah tokoh yang bekas aktivis mahasiswa berpengaruh pada era reformasi membuat partai ini layak diperhitungkan.
Partai Demokrat
Partai ini juga bisa dibilang sebagai pecahan Golkar. Sejumlah elite partai ini termasuk Susilo Bambang Yudhoyono merupakan kader Golkar pada era Orde Baru. Kekuatan partai ini pada jaringan militer, HMI, serta dana besar.
Baru ikut pemilu 2004, partai ini langsung berkuasa karena SBY terpilih sebagai presiden pada 2004. Pada 2009 partai ini meraup suara berlipat-lipat dari ekspektasinya.
Pemilu 2014 menjadi titik kritis partai ini karena sejumlah pengurusnya terseret kasus korupsi. Sejumlah lembaga survei merilis elektabilitas atau tingkat keterpilihannya terus menurun seiring gencarnya pemberitaan Nazarudiin kemudian disusul kasus yang diungkapnya, Hambalang.
Tangan dingin Anas Urbaningrum yang kini menjadi ketua umum partai itu diuji apakah dia mampu mempertahankan 20% suara yang diraihnya pada pemilu 2009.
Partai Amanat Nasional (PAN)
PAN mewakili kepentingan Muhammadiyah dalam berpolitik. Meski mengklaim sebagai partai terbuka, tidak bisa dipungkiri basis massanya tetap di kantong-kantong ormas yang didirikan KH Ahmad Dahlan itu.
Hanya saja, PAN tidak cukup bisa menarik minat seluruh kader Muhammadiyah. Tak mengherankan bila langganan jadi parpol peserta pemilu dengan besarnya basis dukungan ini.
Di pemilu sebelumnya, ketokohan Amien Rais bisa menjadi magnet pemilih. Apakah Hatta Rajasa mampu menjadi magnet sekuat Amin Rais, kita lihat saja pada hari pemungutan suara di 9 April 2014.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Elite partai ini senantiasa mengklaim sebagai rumah besar umat Islam. Klaim itu beralasan. Sebab, PPP merupakan fusi sejumlah partai da ormas Islam besar pada masanya, yaitu NU, Parmusi, PSII, dan Perti.
Namun, realitas 2014 ini, elemen pembentuk PPP itu menjadi kurang relevan. Bagi warga NU ada PKB yang dinilai lebih dekat secara kultural. Hadirnya PKS dan PAN juga cukup signifikan menggerus suara partai yang kini dipimpin Menteri Agama Suryadharma Ali itu.
Partai Hanura
Jenderal (purn) Wiranto yang mendirikan partai ini sebelumnya merupakan tokoh utama Golkar. Setelah kalah di Pemilihan Presiden 2004 dan gagal mengamankan posisi di Partai Golkar yang kala itu dimenangi Jusuf Kalla, Wiranto memilih mendirikan partai baru ini.
Debutnya di Pemilu 2009 cukup meyakinkan. Bersama Gerindra, partai ini menjadi pendatang baru di parlemen. Wiranto masih menjadi daya tarik partai ini. Kekuatannya bertambah setelah kadernya yang duduk di DPR periode 2009-2014 menanam investasi sosial dan politik.
Belakangan, bertambah dua lagi parpol peserta pemilu. Mereka adalah Partai Bulan Bintang di bawah asuhan Yusril Ihza Mahendra dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia di bawah Sutiyoso. Dua partai ini awalnya tidak diluluskan sebagai parpol peserta pemilu oleh KPU. Namun, mereka menggugatnya lewat jalur hukum dan menang.
mantap bro..lebih dasyat lagi bila dibeberkan kinerja parpol, terutama yang partai incumbent 🙂